Pengertian Prosa
Prosa
Fiksi
(fiction) : cerkan
(cerita rekaan)
Teks
Naratif (narrative text)
Wacana
Naratif (narrative discource)
Fiksi :
karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abram, 1981 :
61), bersifat rekaan/khayalan.
Altenbernd
dan Lewis (1966 : 14) prosa narative yang bersifat imaji naratif, namun
biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan
hubungan-hubungan antarmanusia
Unsur
Intrinsik (Unsur Dalam)
Tema
Amanat
Latar / Setting
Penokohan / Perwatakan
Alur / Plot
Sudut Pandang Penceritaan / SP Pengarang
Gaya Bahasa
Tema
Stanton
(1965:21) menurutnya tema bersinonim dengan ide utama (central
idea) dan tujuan utama (central purpose). Dapat dipandang sebagai
dasar cerita atau masalah utama cerita.
Amanat
Nasihat, nilai-nilai kehidupan yang dapat
dijadikan pedoman dalam kehidupan
Latar /
Setting
tempat, waktu, suasana, sosial
Penokohan
/ Perwatakan
Tokoh Utama : tokoh penting, ditampilkan terus-menerus/mendominasi terus-menerus
Tokoh Tambahan / Sampingan : dimunculkan sekali/beberapa kali
Tokoh Protagonis : menerapkan nilai-nilai ideal bagi kita/harapan kita
Tokoh Antagonis : penyebab konflik, jahat
Tokoh Tritagonis : penengah, pendamai
Teknik
Pelukisan Watak
Tokoh
Teknik
Ekspositoris / analitis/langsung : pelukisan tokoh dengan memberikan deskripsi,
uraian, atau penjelasan langsung.
Contohnya
Ia
sudah lebih dari separuh baya, tua umur—tetapi badannya masih muda rupanya. Ia
pantang berbohong, perkataannya benar. Rumahnya bagus, lebih daripada
sederhana
Teknik
Dramatik / Tak Langsung
Teknik cakapan / dialog tokoh
Teknik pikiran dan perasaan / arus kesadaran
Teknik reaksi tokoh
Teknik reaksi tokoh lain
Teknik pelukisan latar
Teknik pelukisan fisik
Alur /
Plot
Stanton
(1965:14) plot adalah cerita urutan kejadian, dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Konflik
Sesuatu
yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi / dialami oleh tokoh
Pertarungan
antara dua kekuatan dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan
Klimaks
Konflik telah mencapai
intensitas tertinggi dan tidak dapat dihindari / puncak masalah
Nasib tokoh utama cerita
akan ditentukan
Tahapan
Alur
A.
Situation /
Pengenalan
B.
Generating Circumstances / Pemunculan Konflik
C.
Rising Action /
Peningkatan Konflik
D.
Climax / Klimaks
E.
Denoument / Penyelesaian
Macam
Alur
- Alur lurus / maju / normal :
A-B-C-D-E
- Alur sorot balik / flash back /
tidak normal : E2-A-B-C-D-E1
- Alur campuran : di luar maju,
di dalam ada adegan sorot balik
Sudut
Pandang (Point
of View)
Cara/strategi
pengarang menyajikan tokoh cerita. Persona tokoh utama dalam cerita.
- Sudut pandang persona pertama:
“Aku, saya, kami, kita (KG orang pertama)” dapat berposisi : a. “Aku” tokoh utama b. “Aku” tokoh sampingan
(membawakan cerita)
- Sudut pandang persona ketiga:
“Dia, ia, mereka
(KG orang Ketiga)/nama orang” dapat berposisi :a. Pelaku utama b. Mahatahu (tokoh banyak, penulis
dapat menjelaskan semuanya (berimbang) /serba tahu) c. pengamat (tokoh
banyak, hanya fokus tertentu)
Catatan: Menentukan
sudut pandang pengarang pada bagian bukan dialog
Latihan
…....….
Maka, tiba jugalah hari yang kami nanti-nanti. Pada suatu siang Ratna muncul
bersama sang suami. Mereka naik taksi meteran langsung dari hotel tempat mereka
menginap di Solo. Atik dan Ratna saling berpelukan dan sempat beberapa saat
bertangis-tangisan, sementara saya berkenalan dengan suaminya yang cenderung
pendiam.
“Berapa hari akan tinggal
di Solo?”
“Empat hari.”
“Cepat sekali?”
“Masih harus ke Surabaya.”
“Bisnis apa?”
“Macam-macam.”
Lalu diam. Suami Ratna kelihatan tidak berminat berbincang berpanjang-panjang,
sementara Atik dan Ratna terus berkicau saling berebut membongkar kisah-kisah
lama. Sampai sore. ……….
Gaya Bahasa / Majas
Majas Perbandingan
- Metafora
Membandingkan
satu hal dengan hal lain yang memiliki sifat yang sama.
Contoh: Dewi
malam telah keluar dari peraduannya.
(dewi malam
= bulan)
- Personifikasi
Benda
mati diumpamakan dapat bergerak seperti bernyawa.
Contoh:
Bulan tersenyum menyaksikan kebahagian kami.
- Asosiasi
Perumpamaan,
dengan ciri memakai kata seperti, bagai, bak, dll.
Contoh: Mukanya pucat bagai mayat/bulan kesiangan.
- Simbolik
Menggunakan
benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh:
bunglon, lambang orang yang tak
berpendirian tetap
5. Metonimia
Menggunakan ciri khas dari benda
yang dimaksud.
Contoh: Dia datang menaiki kijang
baru.
6. Litotes
Menggunakan kata yang berlawanan
dengan yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh: Mampirlah ke gubuk kami.
7. Sinekdokhe
a. Pars pro toto ( sebagian untuk
seluruh)
Contoh: Dia membeli tiga ekor
lembu.
B. Totem pro parte (seluruh untuk
sebagian)
Contoh: Indonesia menjuarai
lomba mendayung.
8. Eufimisme
Ungkapan pelembut / konotasi
positif / makna halus.
Contoh: Mohon izin ke belakang sebentar.
9. Hiperbolisme
Ungkapan pengeras, memberikan
pengertian lebih hebat.
Contoh: Harga kebutuhan pokok melambung tinggi/
mencekik leher.
Majas Sindiran
- Ironi
Sindiran halus,
menyatakan sebaliknya dari yang sebenarnya.
Contoh: “ Hei,
hampir engkau kesiangan “, kata guru kepada siswa yang datang terlambat.
- Sinisme
Sindiran lebih
kasar dari ironi.
Contoh: Muntah
aku melihat perangaimu.
- Sarkasme
Sindiran kasar,
terkadang memberi gelar yang tak baik.
Contoh: “ Cih,
mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya .“
Majas Penegasan
- Pleonasme
Penegasan,
tetapi terasa mubazir.
Contoh: Dia
turun ke bawah.
- Repitisi
Mengulang kata
untuk menegaskan arti.
Contoh: Selama
nafasku...,selama darah..., selama..., dan selama...aku tak akan berhenti.
- Paralelisme
Pengulangan
kata dalam puisi.
Anafora ;
pengulangan kata pada setiap awal larik
Epifora ;
pengulangan kata pada setiap akhir larik
- Klimaks
Contoh:
Bukan hanya seribu, sejuta, semiliar aku beri.
- Antiklimaks
Contoh:
Jangankan semiliar, sejuta, seribu, seperakpun aku tak punya.
6. Inversi
Predikat mendahului subyek.
Contoh: Pergi kau!
7. Retoris
Pertanyaan yang tak
menghendaki jawaban.
Contoh: Siapa yang tak ingin
naik kelas?
Majas Pertentangan
- Paradoks
Contoh: Dia
kaya, tetapi miskin. (kaya harta, miskin ilmu)
- Antitesis
Menggunakan
paduan kata berlawanan dengan urut.
Contoh: Tua
muda, besar kecil, pria wanita hadir di pesta itu.