Senin, 19 Maret 2012

Resensi Buku


Kerangka Karangan Resensi Buku
  1. Fisik Buku
  2. Judul Resensi
  3. Paragraf Pendapat Penulis Resensi mengenai hal yang dibahas dalam buku yang akan diresensi
  4. Paragraf Informasi Ringkasan isi buku
  5. Paragraf Kelebihan dan Kekurangan Buku yang diresensi ( fisik atau isi)
Contoh Resensi Buku
                                                                       
    Judul Buku            : akankah INDONESIA tenggelam akibat PEMANASAN GLOBAL?
     Pengarang           : Gatut Susanta dn Hari Sutjahja
     Penerbit              : PENEBAR plus+
     Halaman              : IV + 84
    Tahun                   : 2008 (Cetakan III)
     
Selamatkan Indonesia dari Pemanasan Global


Pemanasan global adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan naiknya temperatur pada atmosfer, air laut, dan daratan. Hal ini diakibatkan oleh gas rumah kaca yang memenuhi atmosfer. Gas ini menahan panas dari bumi yang akan dikeluarkan ke luar angkasa sehingga panas kembali lagi ke bumi.
Seluruh isi bumi sudah merasakan dampak yang sama mulai dari kutub utara sampai kutub selatan, tidak terkecuali negeri tercinta kita Indonesia. Manusia, tumbuhan, dan hewan juga ikut merasakan dampaknya. Dampak yang sudah terlihat adalah naiknya permukaan air laut, mencairnya air laut, dan menurunnya jumlah hewan yang tinggal di daerah dingin.
Menghadapi situasi ini, negara kita, Indonesia tidak tinggal diam. Usaha mengatasi pemanasan global di negara kita, di antaranya menggunakan gas metana sebagai sumber utama energi listrik dan peremajaan kendaraan yang sudah lebih dari 15 tahun.
Buku tipis ini, mengingatkan dan menasihati kita akan pemanasan global dan dampaknya. Di dalamnya memuat faktor-faktor penyebab pemanasan global di segala faktor yang nyata dan dengan contoh yang mudah ditemukan di sekitar kita. Dilengkapi pula dengan gambar-gambar yang nyata yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Pun, memberikan solusi yang mudah dilakukan oleh bangsa kita khususnya dan disertai dengan contoh-contoh yang pernah dilakukan.
Selain tipis untuk menghindari kebosanan dan rasa jenuh membaca, kelebihan buku ini di anataranya gambar pada sampul terkesan “heboh” dengan warna-warna menyala sehingga membuat pembaca tertarik untuk melihat isinya. Kertas sampul bertekstur halus sehingga membuat buku ini terkesan elegan. Juga, menggunakan kertas pada isi buku berwarna putih dan bersih membuat pembaca membaca dengan nyaman.
Namun, sebagai sebuah informasi, bahasa yang digunakan lebih bersifat teoritis, terkesan seperti sebuah buku paket pelajaran sekolah biasa. Selain itu, jenis kertas yang dipakai tidak sama antara kertas yang hanya berisi tulisan dengan kertas yang berisi gambar-gambar terkesan ‘mengirit’. 

Fakta dan Pendapat


Fakta
                Pernyataan yang berisi informasi / data yang kebenarannya sudah teruji atau dapat dibuktikan (dalam iklan berupa data fisik)
Pendapat / Opini
                Pernyataan yang berisi imbauan, dapat berupa perasaan, penilaian, atau perkiraan yang kebenarannya masih diragukan


Fakta dalam iklan kolom tersebut, yaitu:
1.Hubungi kami di
2.Wisma Kadel
Pendapat dalam iklan kolom tersebut, yaitu:
1.Belajar bahasa Inggris begitu terasa membosankan dan monoton ?
2.Yang lain mengajarkan bahasa Inggris kami membuat Anda bicara
3.Kami beda karena kami peduli
4.Tanpa harus hadir di kelas
5.Dibimbing oleh pengajar yang handal dan profesional
6.Tanpa keterikatan waktu dan tempat
7.Sangat sesuai bagi tua dan muda  

musikalisasi puisi


Musikalisasi Puisi
(tidak mengurangi atau menambah makna syair)
          Mengiringi puisi dengan musik yang sudah ada
          Mengiringi puisi dengan musik ciptaan sendiri
          Melagukan puisi dengan musik yang sudah ada
          Melagukan puisi dengan musik ciptaan
          Sebagian puisi sebagian dilagukan dengan musik yang sudah ada
          Sebagian puisi sebagian dilagukan dengan musik ciptaan 




Sahabat
Karya : Fairuza Alief IX - I
 
Pertama kali kita bertatap muka
Saling mengerti satu sama lain
Mengenal karakter masing-masing
Mengakrabkan diri jadi teman sejati
 
Pertama kali kita bercanda tawa
Tertawa terbahak-bahak bersama
Hanya karena lelucon biasa
Tapi sejuk hilangkan lara
 
Pertama kali kita bermain bersama
Dibawah sengatan matahari yang panas
Tapi tak terasa apa apa
Karena kita selalu bersama
 
Pertama kali kita berlari bersama
Dikejar satpam yang menggila
Mengejar kami sekuat tenaga
Tapi kami tak terkalahkan
 
 
 
Pertama kali aku menangis sendirian
Ketika engkau hilang entah kemana
Ditelan dimensi bernama waktu
Tanpa sebab tak tinggalkan jejak
 
Wahai sahabat
Dengarkanlah hati kecil temanmu
Yang menunggu kau dengan air mata
Yang merindukanmu siang malam
 

Minggu, 18 Maret 2012

Pidato dan Surat Pembaca


Kerangka Teks Pidato
Pendahuluan
 salam pembuka, sapaan hormat, puji syukur, (ucapan    terima kasih)
Isi
 pembuka, isi, penutup (kesimpulan, harapan-harapan)
Penutup
 mohon maaf, (ucapan terima kasih), salam penutup


Surat Pembaca

Contoh
Krisis Guru Bahasa Indonesia
Dunia pendidikan kita sekarang minim guru bahasa Indonesia. Hal ini karena kurangnya minat para peserta didik untuk berkecimpung di dunia guru,apalagi guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia yang terdapat di beberapa sekolah ternyata bukan lulusan jurusan bahasa Indonesia. Mereka bergelut di dunia bahasa kerena memang benar defisit adanya.
                Saya sangat berharap kepada pemerintah untuk memberikan apresiasi pada kaum guru dan memberikan orientasi positif kepada bahasa Indonesia sehingga menumbuhkan rasa antusiasme di kalangan para pelajar.

               Henry Wibowo                                                                                                                                                           Kembangan, Jakarta Barat

Kerangka Surat Pembaca
¨  Apa judul surat pembaca tersebut ?
¨  Krisis guru bahasa Indonesia
¨  Apa saja bagian isi surat pembaca tersebut ?
¨  Informasi hal tentang judul dan maksud penulis
¨  Siapakah si penulis dan di mana alamatnya ?
¨  Henry Wibowo di Kembangan, Jakarta Barat


Rima / Sajak
Pengertian
Perulangan bunyi yang sama
Contoh :
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Berdasarkan    Letak
       Rima awal
       Rima tengah
       Rima akhir 

Berdasarkan    Bunyi
1.Rima Sempurna ; seluruh sukukata
     contoh : malang
                   palang
 2. Rima Tak Sempurna ; sebagian sukukata akhir
      contoh ;  pulang
                     tukang
3. Rima Mutlak ; seluruh kata
       contoh ; mendatang-datang jua
                     menghilang muncul jua
4. Rima Aliterasi ; bunyi awal pada tiap  kata yang sebaris
      contoh ; Bukan beta bijak berperi
 5. Rima Asonansi ; vokal yang menjadi rangka kata
      contoh ;   secupak
                      sesukat
 6. Rima Disonansi ; vokal yang menjadi rangka kata berbunyi berlawanan / konsonan yang sama
       contoh ; tindak – tanduk   ( i-a / a-u )

 Berdasarkan    Pola
       Rima Berpeluk ( Rima Paut ) ; a-b-b-a
       Rima Bersilang ( Rima Salib ) ; a-b-a-b
       Rima Rangkai  ; a-a-a-a
       Rima Kembar  ; a-a-b-b
       Rima Patah      ; a-b-a-a-a

Syarat     Pantun
       Terdiri dari 4 baris / larik dalam 1 bait
       Tiap baris / larik terdiri atas 8 – 12 sukukata
       Dua baris pertama sampiran, dua baris berikutnya isi
       Pola rima akhir ; a-b-a-b ( rima silang )

Syarat    Syair
       Terdiri dari 4 baris / larik dalam 1 bait
       Tiap baris / larik terdiri atas 8 – 12 sukukata
       Semuanya merupakan isi / cerita
       Pola rima akhir ; a-a-a-a  ( rima rangkai )

Gagasan Pokok


Gagasan Pokok / Ide pokok /Pikiran Utama
Pengertian
Masalah utama yang diceritakan pada sebuah paragraf/wacana
Contoh :
                Ruangan kelasku sangat bersih. Di lantai tak ada selembar kertas berserakan. Jendelanya terlihat bening tanpa debu. Tembok kelas catnya terang tanpa ada bekas telapak kaki menempel.
Gagasan pokok paragraf di atas : Ruang kelasku bersih
Kalimat Utama dan Kalimat penjelas
Kalimat Utama : kalimat yang mengandung  gagasan utama
Kalimat Penjelas : kalimat yang menjelaskan / mendukung gagasan utama

Letak Kalimat Utama Pada Sebuah Paragraf
  1. Kalimat pertama (deduktif ;  umum-khusus)
  2. Kalimat terakhir (induktif ;  khusus-umum )
  3. Gabungan kalimat pertama dan terakhir
  4. Tersebar, semua kalimat penjelas, simpulkan dari hal yang sama
Contoh Kalimat Utama pada kalimat pertama
Ruangan kelasku sangat bersih. Di lantai tak ada selembar kertas berserakan. Jendelanya terlihat bening tanpa debu. Tembok kelas catnya terang tanpa ada bekas telapak kaki menempel.
Gagasan pokok paragraf di atas : Ruang kelasku bersih
Contoh Kalimat Utama pada kalimat terakhir
Di lantai kelasku tak ada selembar kertas berserakan. Jendelanya terlihat bening tanpa debu. Tembok kelas catnya terang tanpa ada bekas telapak kaki menempel. Pantaslah, kalau ruang kelasku bersih. 
Gagasan pokok paragraf di atas : Ruang kelasku bersih

Contoh gabungan kalimat pertama dan terakhir
Ruangan kelasku sangat bersih. Di lantai tak ada selembar kertas berserakan. Jendelanya terlihat bening tanpa debu. Siswa-siswinya selalu bekerja sama. Mereka tak pernah bertengkar. Mereka terkenal karukunannya.
Gagasan pokok paragraf di atas : Ruang kelasku sangat bersih dan siswanya terkenal rukun.
Contoh paragraf tersebar
Hari ini aku bangun kesiangan. Aku kehabisan lauk sarapan pagi. Bus jemputanku telah meninggalkanku. Bus umum yang kunaiki penuh sesak, aku berdiri di pintu. Sampai sekolah, aku kena hukuman membersihkan halaman dan  toilet.
Gagasan pokok paragraf di atas : aku sial hari ini


Unsur Intrinsik Prosa dan Majas


Pengertian Prosa
Prosa
Fiksi (fiction) : cerkan (cerita rekaan)
Teks Naratif (narrative text)
Wacana Naratif (narrative discource)
Fiksi : karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abram, 1981 : 61), bersifat rekaan/khayalan.
Altenbernd dan Lewis (1966 : 14) prosa narative yang bersifat imaji naratif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia
Unsur Intrinsik (Unsur Dalam)
*      Tema
*      Amanat
*      Latar / Setting
*      Penokohan / Perwatakan
*      Alur / Plot
*      Sudut Pandang Penceritaan / SP Pengarang
*      Gaya Bahasa


Tema
Stanton (1965:21) menurutnya tema bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Dapat dipandang sebagai dasar cerita atau masalah utama cerita.


Amanat
Nasihat, nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan


Latar / Setting
tempat, waktu, suasana, sosial


Penokohan / Perwatakan
*      Tokoh Utama : tokoh penting, ditampilkan terus-menerus/mendominasi terus-menerus
*      Tokoh Tambahan / Sampingan : dimunculkan sekali/beberapa kali
*      Tokoh Protagonis : menerapkan nilai-nilai ideal bagi kita/harapan kita
*      Tokoh Antagonis : penyebab konflik, jahat
*      Tokoh Tritagonis : penengah, pendamai


Teknik Pelukisan Watak Tokoh
Teknik Ekspositoris / analitis/langsung : pelukisan tokoh dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan langsung.
Contohnya
Ia sudah lebih dari separuh baya, tua umur—tetapi badannya masih muda rupanya. Ia pantang berbohong, perkataannya benar. Rumahnya bagus, lebih daripada sederhana                             
Teknik Dramatik / Tak Langsung
*      Teknik cakapan / dialog tokoh
*      Teknik pikiran dan perasaan / arus kesadaran
*      Teknik reaksi tokoh
*      Teknik reaksi tokoh lain
*      Teknik pelukisan latar
*      Teknik pelukisan fisik


Alur / Plot
Stanton (1965:14) plot adalah cerita urutan kejadian, dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Konflik
*      Sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi / dialami oleh tokoh
*      Pertarungan antara dua kekuatan dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan
Klimaks
*      Konflik telah mencapai intensitas tertinggi dan tidak dapat dihindari / puncak masalah
*      Nasib tokoh utama cerita akan ditentukan

Tahapan Alur
A. Situation / Pengenalan
B. Generating Circumstances / Pemunculan Konflik
C. Rising Action / Peningkatan Konflik
D. Climax / Klimaks
E. Denoument / Penyelesaian
Macam Alur
  1. Alur lurus / maju / normal : A-B-C-D-E
  2. Alur sorot balik / flash back / tidak normal :  E2-A-B-C-D-E1
  3. Alur campuran : di luar maju, di dalam ada adegan sorot balik
Sudut Pandang (Point of View)
Cara/strategi pengarang menyajikan tokoh cerita. Persona tokoh utama dalam cerita.
  1. Sudut pandang persona pertama: “Aku, saya, kami, kita (KG orang pertama)” dapat berposisi : a. “Aku” tokoh utama   b. “Aku” tokoh sampingan (membawakan cerita)
  2. Sudut pandang persona ketiga: “Dia, ia, mereka (KG orang Ketiga)/nama orang” dapat berposisi :a. Pelaku utama b. Mahatahu (tokoh banyak, penulis dapat menjelaskan semuanya (berimbang) /serba tahu)  c. pengamat (tokoh banyak, hanya  fokus tertentu)
Catatan: Menentukan sudut pandang pengarang pada bagian bukan dialog

Latihan
…....….
Maka, tiba jugalah hari yang kami nanti-nanti. Pada suatu siang Ratna muncul bersama sang suami. Mereka naik taksi meteran langsung dari hotel tempat mereka menginap di Solo. Atik dan Ratna saling berpelukan dan sempat beberapa saat bertangis-tangisan, sementara saya berkenalan dengan suaminya yang cenderung pendiam.
                “Berapa hari akan tinggal di Solo?”
                “Empat hari.”
                “Cepat sekali?”
                “Masih harus ke Surabaya.”
                “Bisnis apa?”
                “Macam-macam.”
Lalu diam. Suami Ratna kelihatan tidak berminat berbincang berpanjang-panjang, sementara Atik dan Ratna terus berkicau saling berebut membongkar kisah-kisah lama. Sampai sore. ……….


Gaya Bahasa / Majas


Majas Perbandingan
  1. Metafora
        Membandingkan satu hal dengan hal lain yang memiliki sifat yang sama.
        Contoh: Dewi malam telah keluar dari peraduannya.
        (dewi malam = bulan)
  1. Personifikasi
                Benda mati diumpamakan dapat bergerak seperti bernyawa.
                Contoh: Bulan tersenyum menyaksikan kebahagian kami.
  1. Asosiasi
                Perumpamaan, dengan ciri memakai kata seperti, bagai, bak, dll.
                Contoh:  Mukanya pucat bagai mayat/bulan kesiangan.
  1. Simbolik
                Menggunakan benda lain sebagai simbol atau perlambang.
                Contoh: bunglon, lambang orang  yang tak berpendirian tetap
5.    Metonimia
       Menggunakan ciri khas dari benda yang dimaksud.
       Contoh: Dia datang menaiki kijang baru.
6.    Litotes
       Menggunakan kata yang berlawanan dengan yang                   dimaksud untuk merendahkan diri.
       Contoh: Mampirlah ke gubuk kami.
7.    Sinekdokhe
        a. Pars pro toto ( sebagian untuk seluruh)
            Contoh: Dia membeli tiga ekor lembu.
        B. Totem pro parte (seluruh untuk sebagian)
            Contoh: Indonesia menjuarai lomba mendayung.
8.    Eufimisme
       Ungkapan pelembut / konotasi positif / makna halus.
       Contoh:  Mohon izin ke belakang sebentar.
9.    Hiperbolisme
       Ungkapan pengeras, memberikan pengertian lebih hebat.
       Contoh:  Harga kebutuhan pokok melambung tinggi/ mencekik leher.            


Majas Sindiran
  1. Ironi
       Sindiran halus, menyatakan sebaliknya dari yang sebenarnya.
       Contoh: “ Hei, hampir engkau kesiangan “, kata guru kepada siswa yang datang terlambat.
  1. Sinisme
       Sindiran lebih kasar dari ironi.
       Contoh: Muntah aku melihat perangaimu.
  1. Sarkasme
       Sindiran kasar, terkadang memberi gelar yang tak baik.
       Contoh: “ Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya .“


Majas Penegasan
  1. Pleonasme
        Penegasan, tetapi terasa mubazir.
        Contoh: Dia turun ke bawah.
  1. Repitisi
        Mengulang kata untuk menegaskan arti.
        Contoh: Selama nafasku...,selama darah..., selama..., dan selama...aku tak akan berhenti.
  1. Paralelisme
        Pengulangan kata dalam puisi.
        Anafora ; pengulangan kata pada setiap awal larik
        Epifora ; pengulangan kata pada setiap akhir larik
  1. Klimaks
                Contoh: Bukan hanya seribu, sejuta, semiliar aku beri.
  1. Antiklimaks
                Contoh: Jangankan semiliar, sejuta, seribu, seperakpun aku tak punya. 
6.            Inversi
          Predikat mendahului subyek.
          Contoh: Pergi kau!
7.            Retoris
          Pertanyaan yang tak menghendaki    jawaban.
          Contoh: Siapa yang tak ingin naik kelas?

Majas Pertentangan
  1. Paradoks
      Contoh: Dia kaya, tetapi miskin. (kaya harta, miskin ilmu)
  1. Antitesis
      Menggunakan paduan kata berlawanan dengan urut.
      Contoh: Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir di pesta itu.