Minggu, 18 Maret 2012

Unsur Intrinsik Prosa dan Majas


Pengertian Prosa
Prosa
Fiksi (fiction) : cerkan (cerita rekaan)
Teks Naratif (narrative text)
Wacana Naratif (narrative discource)
Fiksi : karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abram, 1981 : 61), bersifat rekaan/khayalan.
Altenbernd dan Lewis (1966 : 14) prosa narative yang bersifat imaji naratif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia
Unsur Intrinsik (Unsur Dalam)
*      Tema
*      Amanat
*      Latar / Setting
*      Penokohan / Perwatakan
*      Alur / Plot
*      Sudut Pandang Penceritaan / SP Pengarang
*      Gaya Bahasa


Tema
Stanton (1965:21) menurutnya tema bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Dapat dipandang sebagai dasar cerita atau masalah utama cerita.


Amanat
Nasihat, nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan


Latar / Setting
tempat, waktu, suasana, sosial


Penokohan / Perwatakan
*      Tokoh Utama : tokoh penting, ditampilkan terus-menerus/mendominasi terus-menerus
*      Tokoh Tambahan / Sampingan : dimunculkan sekali/beberapa kali
*      Tokoh Protagonis : menerapkan nilai-nilai ideal bagi kita/harapan kita
*      Tokoh Antagonis : penyebab konflik, jahat
*      Tokoh Tritagonis : penengah, pendamai


Teknik Pelukisan Watak Tokoh
Teknik Ekspositoris / analitis/langsung : pelukisan tokoh dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan langsung.
Contohnya
Ia sudah lebih dari separuh baya, tua umur—tetapi badannya masih muda rupanya. Ia pantang berbohong, perkataannya benar. Rumahnya bagus, lebih daripada sederhana                             
Teknik Dramatik / Tak Langsung
*      Teknik cakapan / dialog tokoh
*      Teknik pikiran dan perasaan / arus kesadaran
*      Teknik reaksi tokoh
*      Teknik reaksi tokoh lain
*      Teknik pelukisan latar
*      Teknik pelukisan fisik


Alur / Plot
Stanton (1965:14) plot adalah cerita urutan kejadian, dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Konflik
*      Sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi / dialami oleh tokoh
*      Pertarungan antara dua kekuatan dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan
Klimaks
*      Konflik telah mencapai intensitas tertinggi dan tidak dapat dihindari / puncak masalah
*      Nasib tokoh utama cerita akan ditentukan

Tahapan Alur
A. Situation / Pengenalan
B. Generating Circumstances / Pemunculan Konflik
C. Rising Action / Peningkatan Konflik
D. Climax / Klimaks
E. Denoument / Penyelesaian
Macam Alur
  1. Alur lurus / maju / normal : A-B-C-D-E
  2. Alur sorot balik / flash back / tidak normal :  E2-A-B-C-D-E1
  3. Alur campuran : di luar maju, di dalam ada adegan sorot balik
Sudut Pandang (Point of View)
Cara/strategi pengarang menyajikan tokoh cerita. Persona tokoh utama dalam cerita.
  1. Sudut pandang persona pertama: “Aku, saya, kami, kita (KG orang pertama)” dapat berposisi : a. “Aku” tokoh utama   b. “Aku” tokoh sampingan (membawakan cerita)
  2. Sudut pandang persona ketiga: “Dia, ia, mereka (KG orang Ketiga)/nama orang” dapat berposisi :a. Pelaku utama b. Mahatahu (tokoh banyak, penulis dapat menjelaskan semuanya (berimbang) /serba tahu)  c. pengamat (tokoh banyak, hanya  fokus tertentu)
Catatan: Menentukan sudut pandang pengarang pada bagian bukan dialog

Latihan
…....….
Maka, tiba jugalah hari yang kami nanti-nanti. Pada suatu siang Ratna muncul bersama sang suami. Mereka naik taksi meteran langsung dari hotel tempat mereka menginap di Solo. Atik dan Ratna saling berpelukan dan sempat beberapa saat bertangis-tangisan, sementara saya berkenalan dengan suaminya yang cenderung pendiam.
                “Berapa hari akan tinggal di Solo?”
                “Empat hari.”
                “Cepat sekali?”
                “Masih harus ke Surabaya.”
                “Bisnis apa?”
                “Macam-macam.”
Lalu diam. Suami Ratna kelihatan tidak berminat berbincang berpanjang-panjang, sementara Atik dan Ratna terus berkicau saling berebut membongkar kisah-kisah lama. Sampai sore. ……….


Gaya Bahasa / Majas


Majas Perbandingan
  1. Metafora
        Membandingkan satu hal dengan hal lain yang memiliki sifat yang sama.
        Contoh: Dewi malam telah keluar dari peraduannya.
        (dewi malam = bulan)
  1. Personifikasi
                Benda mati diumpamakan dapat bergerak seperti bernyawa.
                Contoh: Bulan tersenyum menyaksikan kebahagian kami.
  1. Asosiasi
                Perumpamaan, dengan ciri memakai kata seperti, bagai, bak, dll.
                Contoh:  Mukanya pucat bagai mayat/bulan kesiangan.
  1. Simbolik
                Menggunakan benda lain sebagai simbol atau perlambang.
                Contoh: bunglon, lambang orang  yang tak berpendirian tetap
5.    Metonimia
       Menggunakan ciri khas dari benda yang dimaksud.
       Contoh: Dia datang menaiki kijang baru.
6.    Litotes
       Menggunakan kata yang berlawanan dengan yang                   dimaksud untuk merendahkan diri.
       Contoh: Mampirlah ke gubuk kami.
7.    Sinekdokhe
        a. Pars pro toto ( sebagian untuk seluruh)
            Contoh: Dia membeli tiga ekor lembu.
        B. Totem pro parte (seluruh untuk sebagian)
            Contoh: Indonesia menjuarai lomba mendayung.
8.    Eufimisme
       Ungkapan pelembut / konotasi positif / makna halus.
       Contoh:  Mohon izin ke belakang sebentar.
9.    Hiperbolisme
       Ungkapan pengeras, memberikan pengertian lebih hebat.
       Contoh:  Harga kebutuhan pokok melambung tinggi/ mencekik leher.            


Majas Sindiran
  1. Ironi
       Sindiran halus, menyatakan sebaliknya dari yang sebenarnya.
       Contoh: “ Hei, hampir engkau kesiangan “, kata guru kepada siswa yang datang terlambat.
  1. Sinisme
       Sindiran lebih kasar dari ironi.
       Contoh: Muntah aku melihat perangaimu.
  1. Sarkasme
       Sindiran kasar, terkadang memberi gelar yang tak baik.
       Contoh: “ Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya .“


Majas Penegasan
  1. Pleonasme
        Penegasan, tetapi terasa mubazir.
        Contoh: Dia turun ke bawah.
  1. Repitisi
        Mengulang kata untuk menegaskan arti.
        Contoh: Selama nafasku...,selama darah..., selama..., dan selama...aku tak akan berhenti.
  1. Paralelisme
        Pengulangan kata dalam puisi.
        Anafora ; pengulangan kata pada setiap awal larik
        Epifora ; pengulangan kata pada setiap akhir larik
  1. Klimaks
                Contoh: Bukan hanya seribu, sejuta, semiliar aku beri.
  1. Antiklimaks
                Contoh: Jangankan semiliar, sejuta, seribu, seperakpun aku tak punya. 
6.            Inversi
          Predikat mendahului subyek.
          Contoh: Pergi kau!
7.            Retoris
          Pertanyaan yang tak menghendaki    jawaban.
          Contoh: Siapa yang tak ingin naik kelas?

Majas Pertentangan
  1. Paradoks
      Contoh: Dia kaya, tetapi miskin. (kaya harta, miskin ilmu)
  1. Antitesis
      Menggunakan paduan kata berlawanan dengan urut.
      Contoh: Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir di pesta itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar